Dear Toru - Si Cupang Biru

Hari demi hari tanpamu bagaikan hidup di padang pasir. Begitu kering dan selalu dilanda oleh dahaga. Aku tak pernah tahu kapan bisa benar-benar move on dari kamu. Tiap hari terasa hampa tanpa bersua denganmu. Aku galau.
Tak seharipun aku dapat melupakan kenangan kita. Hampir setiap pagi aku selalu mampu melihatmu memandangku. Kadang kamu juga mengajakku bercakap dengan akrabnya. Kamu juga sering mengajakku bernyanyi bersama.
Tapi sekarang, kamu pergi tak pamit, tak pula mengucap izin terlebih dahulu. Kamu tinggalkan aku yang mulai nyaman denganmu. Kamu abaikan aku yang mulai tak bisa jauh darimu. Tanpa sepatah kata pun, kamu tiba-tiba pergi. Tanpa menunggu kedatanganku. Aku begitu sedih.
kompas.com
Tiga bulan kurang lebih perkenalan singkat kita. Awal perjumpaan, kamu telah berhasil membuatku terpukau. Aku mengagumimu, warna kulitmu, matamu, dan segala tentangmu. Dan sejak awal pertemuan kita, aku telah memiliki nama tersendiri untukmu, Toru. Setiap detik saat bersamamu tak pernah kujumpai kata bosan maupun jenuh.
Toru adalah singkatan dari "Toska Biru". Aku memberikan nama itu karena awal perjumpaan kita kamu memakai baju warna toska. Dan saat itu, aku memakai baju warna biru. Dan karena kedua warna itu masing-masing adalah warna favorit kita, jadi aku putuskan untuk memanggilmu dengan nama Toru. Aku bahagia kenal dan dekat denganmu.
Aku tahu dalam kedekatan kita, akulah yang begitu sering mengabaikanmu. Aku yang lebih sering meninggalkanmu. Aku seperti tak punya banyak waktu untuk dapat kuhabiskan denganmu. Aku selalu menyibukkan diri tanpa berfikir tentangmu. Aku sangat sering mengacuhkan perasaanmu. Aku sadar akulah yang bersalah dan aku menyesali semua itu.
Toru, aku menyayangimu meski tak selalu mampu bersamamu. Aku begitu kehilangan ketika kamu beranjak pergi. Aku ingat bahwa pagi itu aku masih menyapamu. Dan kamu, kamu masih memandangku lekat-lekat. Sembari itu kamu masih pula tersenyum, meski kau hanya diam alias tak berucap sedikitpun.
Namun ketika sore menjelang, kamu mulai kehilangan arah. Nafasmu seperti tersedak batu karang. Aku tak mampu berbuat apapun. Ku ambilkan segelas air untukmu, dan ketika aku kembali kamu sudah meninggalkanku dan dunia kita. Kenapa begitu cepatnya kamu singgah lalu pergi, Toru. Kenapa kamu tega meninggalkanku sendiri dan lagi-lagi tak ada satu halpun prasangka yang muncul sebelum kepergianmu.
Bahkan setelah pemakamanmu aku masih tak sanggup meyakini bahwa kamu telah pergi dari duniaku. Seakan aku dibuai oleh bayangmu yang belum mau memudar dari pandanganku. Kini, aku hanya mampu mengenangmu dan setiap waktu yang kita lewati bersama.
Selamat tinggal, Toru. Akan selalu ku ingat dalam hatiku bahwa kamu adalah ikan cupang pertamaku, dan kamu adalah yang terbaik. Pokoknya gak ada ikan cupang yang lebih indah dari kamu. Hiikss

Post a Comment

0 Comments