Mair dan Aku yang Menunggu Undangan

Hari ini kau merasai tubuhku tersisa tulang-tulang 

Minyak yang kau gosokkan ke telapak kaki menyentuh sendi-sendi yang hampir retak

Bukan ringkih, hanya tak pernah tepat guna


Semalaman kau menunggui tubuhku di pembaringan

Sesekali memijat, memastikan suhu tubuhku masih hangat

   atau detak jantungku masih terdengar


Ini waktu kau merasai jari-jariku semakin mengecil

telapak yang biasa kau genggam terlalu pucat

   tak ada rona merah muda 

mair - pixabay/ddzphoto

Lalu kau ingat percakapan Virginia dengan kemenakannya, Angellica, ketika menguburkan seekor burung di bawah pohon, 

"apa yang akan terjadi jika kita meninggal?"

"kita akan kembali ke tempat kita berasal."

"aku tak ingat darimana asalku."

"aku juga."

"ia terlihat begitu kecil."

"ya, itu juga salah satu hal yang terjadi jika kita meninggal, kita akan terlihat lebih kecil."

"tapi penuh kedamaian." 

Kau tak ingin mengira-ngira ini giliranku

Tetapi kau sedikit mengernyitkan dahi mengingat-ingat luang yang kita sia-siakan itu


Kau sadari berat badanku menyusut jauh

Kelopak mataku tampak cekung pasi tak bergairah

   tapi kau masih sempat menyeka keringat dan liurku sepanjang waktu


Kau berbisik beberapa bentar

   bertahanlah barang satu hela napas setiap hari

   dan jika memang waktunya, kau boleh pergi.




J-05, 22 Mei 2024

Post a Comment

1 Comments