Puisi-puisi Dian Mei

 Meramal Musim

       ; Tentang Hujan dan Banjir Tahunan



Jejak membahasakan kata sebagaimana bunyi menyerukan mantra

Sementara di hari yang lewat, tindakanlah yang berlaku sebagai restu ibu


Hujan turun mengguyur bumi, alam kita bersuka cita dalam damai

Tapi kekasih,

mengapa kita justru menyeka air mata? 

Mengapa pula kita mengutuk ritme semesta? Menganggap yang datang sebagai bencana yang justru kita ramal sendiri jauh hari?


Bukankah ini salah kita?

Atau,  

Adakah rahasia yang kau sembunyikan dariku?


Adakah ia yang lebih jujur dari gersang tanah saat musim kemarau tiba di depan rumah?

Atau keluguan kata-kata sebagaimana hujan yang datang membawa basah, resah juga ingatan


Ingatan tentang hutan, kebutuhan dan cara memaknai kesejahteraan. 

Aih mantra apa lagi ini?


Dalam perjalanan waktu, masa depan adalah bahasa lupa, sementara masa lalu adalah kenangan fana. 


Dalam batas waktu, kita hanya bisa mengenang yang lewat. Sementara dalam senyap, diam dan hilang, manusia memiliki setumpuk harap dan cemas


Semestalah yang paham, alamlah yang mengerti


Sementara kita? Manusia hanya ahli melipat waktu, yang paling baik ia yang tahu cara mengambil saripati ilmu.


Trenggalek, 16 November 2021

Jika, Maka dan Hanya Jika


Jika di sana, di kedalaman hati kau merasa sendiri, maka aku adalah diam dalam penjelmaan paling sunyi...


Jika di sana, kau menjelma tangguh yang memapah tumbuh serupa jembatan bagi langkah yang lain, maka aku adalah oase dari langkah satu menuju seribu langkah di atas kepribadian dan harapan...


Jika di sana, kau merasa gelap pada makna terasing tersebab luasnya cara pandangmu, maka aku adalah pijar yang tak ingin padam, karena menyala adalah pesan kehadiran yang kita pahami...


Jika di sana, kau merasa perjalananmu selalu mengantar kau pada dirimu sendiri, maka aku adalah kau dalam wujud yang lain...


Jika, Maka dan Hanya Jika...


Trenggalek, 04 Oktober 2021


PENULIS

Dian Meiningtias. Aktivis Perempuan yang sedang mengambil studi magister di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.



Post a Comment

9 Comments