morfo biru
  • Beranda
  • Cangkruk
  • Blajar
  • Centhing
  • Putik
  • Pesanan
LANGKAH
Oleh: Rizka Hidayatul Umami

Ku simpan langkah
Senyap sepi mengayun setapak
Bahwa retak sengaja menggertak
Bahwa pedih serasa mengasih
Ku simpan resah peluh gelisah.

Ku rasuki abu yang kau tabur
Serai sirih yang kau bau berbaur
Mulai menepis asa, lalu mencerca
Bahwa kaki tak lagi kuat berdiri
Jatuh tersungkur.
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam Islam, kita telah diajarkan untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua, mengingat begitu besar jasa yang telah orang tua kita berikan kepada kita. Ayah yang selalu bekerja keras demi untuk menghidupi ibu dan kita, sementara ibu yang rela tidak tidur dan tidak makan, hanya agar kita bisa tidur pulas dan makan secara lahap. Namun seiring bertambahnya usia, terkadang kita justru sangat tidak adil terhadap ayah dan ibu, entah dalam hal kecil seperti berbohong, maupun dalam skala yang besar, bahkan banyak dari kita yang justru mendurhakai kedua orang tua.
Dalam makalah ini, kami mencoba menguraikan lebih mendalam  tentang pengertian berbakti kepada orangtua (Birul Walidain), cara untuk berbakti kepada orang tua dan hadits-hadits yang mendukung uraian kami, dengan tujuan agar kita tidak melalaikan dari menghormati mereka. Selain itu, kami juga membahas sedikit mengenai pengertian dari mendurhakai orang tua (‘Uququl Walidain), permasalahan-permasalahan yang sering terjadi antara anak dan orang tua, serta hadits-hadits yang turut menjadi pendukung argumen kami.

B.       RumusanMasalah
1.        Apakah yang dimaksud dengan Birul Walidain?
2.        Bagaimana cara berbakti kepada orang tua?
3.        Apakah pengertian dari ‘Uququl Walidain?

C.      Tujuan
1.        Menjelaskan pengertian dari Birul Walidain.
2.        Menguraikan cara berbakti kepada orang tua.
3.        Menjelaskan pengertian dari ‘Uququl Walidain.



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Setelah tradisi retorika berhasil menjadi basis studi komunikasi terutama di Yunani dan Romawi, pada akhir sejarah klasik mulai tercetuslah istilah tradisi jurnalisme yang juga tidak trelepas dari pengembangan retorika itu sendiri. Seni berdialog memang sangat sukar untuk dilepaskan dari kehidupan manusia terutama yang berhubungan langsung dengan sosial politik kemasyarakatan. Sejarah singkat mengenai jurnalisme kemudian merambat dan berkembang lagi, sampai pada akhirnya bertautan dengan beberapa ilmu lain sehingga mencetuskan ilmu baru yang urgen bagi kehidupan manusia, yaitu ilmu komunikasi.
Kita tahu bahwa manusia adalah makhluk individu yang juga tergolong makhluk sosial. Dimanapun berada, tentunya seorang manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk saling berkomunikasi. Kemudian sebagai pelengkap dari adanya kinerja-kinerja perorangan untuk mencapai sesuatu hal terutama dalam melanggengkan suatu pekerjaan, maka manusia membutuhkan seni berdialog untuk membantu dalam beradaptasi dan mengatur sekaligus mengontrol lingkungannya.
Inilah sebabnya, pada sejarah awal, ilmu komunikasi adalah sebagai bentuk perkembangan yang sangat signifikan dari tradisi retorika yang sebelumnya juga sempat memunculkan adanya tradisi jurnalisme pada masa Romawi Kuno. Begitu luasnya pembahasan tentang sejarah ilmu komunikasi, sangat tidak mungkin untuk sekaligus dipelajari. Maka dalam makalah kali ini, penulis ingin sedikit mendalami sejarah ilmu komunikasi pada bagian perkembangan ilmu komunikasi periode setelah perang dunia kedua yang telah sampai pada babak baru, dan akhirnya menuju pada era integrasi, sampai pada era informasi. Tidak lupa juga penulis ingin memperkenalkan tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam ilmu komunikasi serta menguraikan secara singkat perkembangan ilmu komunikasi ketika sampai di Indonesia.

B.            Rumusan Masalah
1.        Apakah yang dimaksud dengan babak baru perkembangan ilmu komunikasi?
2.        Siapa saja tokoh penting di era perkembangan ilmu komunikasi?
3.        Bagaimana sejarah perkembangan ilmu komunikasi di Indonesia?


Kisah ini akan aku mulai dengan sajak perdu. Dimana angin akan menghela napas panjang, dan membuatku percaya bahwa semua akan ada dan baik-baik saja. Kala itu musim hujan masih enggan meninggalkan sang tanah gersang. Meski telah beberapa bulan singgah, hanya nampak perdu-perdu dingin dengan daun kuning dan ranting-ranting kurus kering.
Sementara di atas langit yang nampak hanya gulungan mendung kelabu. Aku, bertemankan selimut tipis, dan juga bantal yang kapuknya telah dibawa lari oleh semut rang-rang -mungkin- masih setia menatap langit yang lelah itu dengan kelelahanku.

Meraba-raba dari perjalanan hidup seorang anak, tentu tidak lepas dari peran kedua orang tuanya, Perhatian dan pengajaran dari keluarga adalah bekal utama yang nantinya akan dikembangkan sendiri oleh seorang  anak dalam mengarungi kehidupan yang semakin sulit. Peran ayah dan ibu layaknya dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Ketika ayah menjadi tulang punggung keluarga, ibu yang lantas memberikan kasih sayang, perawatan, bimbingan, dan pembelajaran dini di rumah, dan sebaliknya. Secara umum memang tidak ada pembeda antara peran ayah dan ibu dalam mendidik anak. Namun dalam beberapa sisi, peran ibu akan lebih besar. Selain karena komunikasi yang terjalin antara anak dengan ibu lebih intens, ibu memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap anaknya, dan itulah salah satu alasan peran ibu lebih kompleks daripada peran seorang ayah.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Pageviews

Blog Archive

  • ►  2019 (25)
    • ►  November 2019 (1)
    • ►  Oktober 2019 (13)
    • ►  Agustus 2019 (2)
    • ►  Juli 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (1)
    • ►  Mei 2019 (1)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  Desember 2018 (4)
    • ►  November 2018 (3)
    • ►  Oktober 2018 (3)
    • ►  September 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Mei 2018 (7)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
    • ►  Februari 2018 (2)
    • ►  Januari 2018 (4)
  • ►  2017 (6)
    • ►  Desember 2017 (2)
    • ►  Oktober 2017 (2)
    • ►  Agustus 2017 (1)
    • ►  Mei 2017 (1)
  • ▼  2016 (5)
    • ▼  Oktober 2016 (1)
      • LANGKAH
    • ►  Maret 2016 (2)
      • Birrul Walidain
      • BABAK BARU PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI
    • ►  Februari 2016 (2)
      • Kita Hanya Sekedar Sapa, dan Aku Sangsi
      • UNTUK SOSOK BERNAMA IBU
  • ►  2015 (35)
    • ►  November 2015 (1)
    • ►  Oktober 2015 (7)
    • ►  Juni 2015 (10)
    • ►  Mei 2015 (12)
    • ►  Maret 2015 (5)
  • ►  2014 (1)
    • ►  Februari 2014 (1)
Rizka Hidayatul Umami. Diberdayakan oleh Blogger.
  • facebook
  • instagram
  • LinkedIn
  • pinterest
  • twitter
  • whatsapp
Foto saya
morfo_biru
Gadis yang Ingin Mati Muda. Sedang Menempuh Pendidikan S2 di UIN Sunan Kalijaga. Konsentrasi Islam dan Kajian Gender.
Lihat profil lengkapku

Copyright © 2016 morfo biru. Created by OddThemes & Free Wordpress Themes 2018