Mengasah Keterampilan Berbicara

 

Hari itu ruang kelas disulap menjadi panggung mini. Dua peserta secara bergantian, diminta maju ke depan untuk memperkenalkan diri. Tujuan perkenalan ini bukan sebatas saling kenal, tapi sebagai contoh bagaimana seseorang tampil di depan umum dengan spontanitas. Dari perkenalan singkat dua peserta tersebut, dapat diketahui apa yang umum terjadi pada setiap orang, ketika akan berbicara di depan umum, ‘nervous’.

 

Secara sederhana nervous dapat diartikan sebagai keadaan gugup seseorang yang secara mental belum dapat mengendalikan dirinya dalam menghadapi sesuatu, yang dalam hal ini adalah berbicara di depan umum. Tapi ini adalah hal yang wajar. Nervous adalah salah satu bentuk tanggungjawab sebagai respon keseriusan seseorang dalam menyampaikan sesuatu kepada khalayak.

 

Ada beberapa gejala yang sering timbul akibat nervous, seperti muncul keringat dingin, kepala seakan berat atau pening, detak jantung semakin cepat, kejang di bagian perut, suara jadi bergetar, dan lain sebagainya. Tapi tidak menutup kenyataan bahwa gejala yang tiap inividu alami berbeda-beda.

 

Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengelola nervous adalah mengalihkan emosi kita menjadi energi yang positif. Pengelolaan ini penting, mengingat yang kita hadapi di depan publik bukan hanya satu atau dua orang, melainkan sebuah kelompok atau golongan tertentu. Maka mengenali diri sendiri dan gejala yang timbul akibat nervous sangat diperlukan, agar kita dapat mempersiapkan diri menghadapi lawan bicara.

 

PNGEgg

Tips Public Speaking

Selain belajar mengenali diri sendiri dan gejala yang mungkin saja dialami ketika nervous menyerang, ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh seseorang ketika hendak berbicara di depan umum, antara lain:

 

1.                   Jadilah Spontan.

Ketika seseorang diberi kepercayaan untuk menyampaikan sesuatu di depan khalayak ramai, usahakan untuk tidak menghafal teks atau isi pembicaraan. Alasan relevan menghindari menghafal adalah agar komunikasi yang dibangun pembicara dengan pendengar dapat mengalir dan tidak tersendat-sendat. Di sini spontanitas adalah aspek penting yang perlu dilakukan dan dilatih secara terus-menerus.

 

2.                  Tulis Materi dalam Pointers (poin-poin khusus).

Merangkum materi yang akan kita bawakan sangat penting untuk mengingatkan kita pada pokok utama pembahasan. Selain agar pembahasan kita tidak melebar, menuliskan materi dengan hanya mengambil poin pentingnya saja, akan membantu kita memperluas bentuk komunikasi secara alami.

 

3.                  Interaksi dengan Audiens.

Ketika kita berbicara di depan umum, kita tidak sedang berbicara hanya dengan satu atau dua orang, atau bahkan dengan diri sendiri. Maka interaksi dengan audiens sangat penting karena apa yang kita sampaikan adalah untuk para khalayak, bukan untuk diri kita sendiri.

 

4.                  Sisipkan Humor.

Dalam proses interaksi dengan audiens, tentunya ada saat di mana pendengar merasa bosan dengan materi yang kita sampaikan. Penyisipan humor, nyanyian, atau pantun sangat diperlukan sebagai pelumas dalam penyampaian informasi kita kepada khalayak.

 

5.                  Penguasaan Materi dan improvisasi.

Sebelum menyampaikan materi kepada masyarakat atau kelompok tertentu, hal yang tidak boleh kita lupakan adalah menguasai materi yang akan kita bawakan. Mengembangkan pemahaman kita dengan mengambil contoh real yang ada di sekitar masyarakat, sangat berpengaruh pada daya serap mereka.

 

6.                  Time Management.

Dalam menyampaikan materi apapun, kita tidak boleh melupakan waktu. Meskipun tidak ada yang memberikan batas waktu pada kita sebagai pembicara, namun kita harus bisa memanajemen waktu. Jika terlalu lama, pendengar akan bosan, dan jika terlalu cepat, bisa jadi materi belum tersampaikan sepenuhnya.

 

7.                  Gunakan Kekuatan Cerita.

Sebagaimana poin kelima, improvisasi, mengambil cerita nyata yang terjadi di sekitar masyarakat akan memudahkan pendengar atau khalayak memahami materi yang kita sampaikan. Kita juga bisa menyampaikan pengalaman pribadi, agar lebih merasuk ke dalam pikiran mereka, dengan catatan, jangan terlalu fokus pada diri sendiri. Tetap ingat apa tujuan yang ingin kita capai dari penyampaian cerita tersebut.

 

8.                 Bangun Kredibilitas.

Kita harus bisa meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa memberikan pengaruh kepada orang lain atau audiens lewat penyampaian materi yang kita lakukan.

 

9.                  Gunakan Bahasa Tubuh.

Nervous yang kita alami sering membuat gerak kita terbatas. Agar tubuh tidak kaku, maka kita harus bisa membuat posisi yang nyaman untuk diri kita sendiri. Hal ini menjadi penting karena gerak tubuh akan memengaruhi penyampaian kita ke audiens. Upayakan menggunakan bahasa tubuh yang wajar dan tidak membuat audiens terganggu.

 

10.              Jangan Ragu untuk Mengambil Jeda.

Seorang penyampai harus paham dengan pernafasannya. Sekiranya ia terlalu cepat dalam berbicara, atau memerlukan bernafas sejenak, maka jangan ragu untuk berhenti dan mengambil nafas agar cara bicara kita tetap stabil.

 

Kissclipart 

11.               Be Interesting.

Kita harus meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa melakukan apa yang telah dipercayakan kepada kita, termasuk menyampaikan materi kepada audiens. Jangan pernah minder dan berikan pemahaman kepada diri sendiri bahwa kita bisa, I can do it, dan rubah mindset kita yang negatif menjadi positif.

 

12.              Persiapan dan Latihan.

Hal yang sering diabaikan oleh seorang pembicara adalah latihan dan melakukan persiapan. Padahal dengan melakukan persiapan sekaligus latihan, materi yang akan kita bawakan bisa lebih tersistematisasi dan terstruktur. Sehingga kalau pun ada improvisasi, tidak akan jauh-jauh dari topik utama yang ingin disampaikan.

 

13.              Jam Terbang.

Jam terbang sangat berpengaruh pada seseorang. Mereka yang tidak pernah berbicara di depan umum tentu akan lebih mudah merasa cemas dan tidak percaya diri, daripada mereka yang sudah sering mendapat job atau dipercaya menjadi pembicara di depan publik.

 

14.              Mix Pesan, Fokus pada Pokok Pembahasan.

Kita boleh mencampur-adukkan atau menambah pesan-pesan yang ingin kita sampaikan kepada audiens. Tapi kita harus ingat pada fokus topik yang kita angkat.

 

15.               Bicara dengan Jelas dan Gunakan Ragam Intonasi.

Kejelasan kita dalam berbicara di depan audiens sangat berpengaruh pada penyerapan mereka terhadap hal yang kita sampaikan. Maka kuncinya adalah terus belajar berbicara di depan diri sendiri dan berani mencoba berbagai macam model intonasi.

 

16.              Kontak Mata.

Jika audiens kita adalah kelompok yang terdiri dari berbagai lapis masyarakat dan tersebar di beberapa sudut ruang, maka kita juga harus memandang mereka dengan tatapan yang santun. Kontak mata sangat diperlukan sekaligus untuk meyakinkan audiens bahwa kita benar-benar serius menyampaikan itu kepada mereka.

 

17.               Keberanian Tampil.

Segala tips yang ada dari poin pertama hingga terakhir tidak akan berguna jika kita tidak lekas memberanikan diri untuk tampil di depan audiens. Keberanian kita sangat menentukan tingkat kesuksesan kita dalam berbicara di depan umum. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Manfaatkan kesempatan yang diberikan.

 

18.              Perhatikan Penampilan.

Ketika kita akan menghadapi sekelompok audiens, alangkah baiknya mempersiapkan penampilan sesuai dengan tema yang akan disampaikan. Misalkan, kita akan berhadapan dengan para santri pondok, maka kita tidak mungkin memakai celana pensil robek-robek dan kaos ketat. Jadi dresscode itu sangat penting untuk menunjang penyampaian materi kita kepada khalayak.

 

19.              Pandai-pandai Memakai Alat Pengeras Suara.

Beberapa alat yang biasa kita gunakan saat berbicara di depan umum adalah microphone dan speaker. Beberapa jenis microphone seperti standing mic, wireless atau clip on harus kita perhatikan benar penggunaannya agar suara kita bisa terdengar baik oleh audiens. Upayakan untuk mengecek ulang sebelum tampil.

 

Dari sekian banyak tips yang dipaparkan tersebut, kirasanya secara keseluruhan dapat diterapkan oleh setiap individu dari berbagai kalangan. Namun tips-tips di atas tidak akan berarti, jika kita tidak pernah mencoba dan memberanikan diri tampil di depan umum. Ketika kita tidak pernah mencoba, maka kita juga tidak akan pernah tahu sejauh mana kemampuan kita dan apa saja kekurangan yang kita miliki, karena sekadar menerka-nerka tidaklah cukup.

 

Dewasa ini kita telah dipermudah dengan banyaknya media yang bisa kita gunakan untuk dakwah atau sekadar belajar berani tampil di depan layar, seperti youtube, vlog, dan live di instagram dan lain sebagainya. Tentu dengan banyaknya media yang ada, kita juga harus jeli dan berhati-hati dalam memanfaatkan media-media tersebut. Jangan sampai merugikan diri kita sendiri bahkan orang lain. Kita harus dapat bertanggungjawab kepada diri kita, terhadap apa yang kita lakukan, apa-apa yang keluar dari mulut kita dan terhadap apa-apa yang kita gunakan. []

Post a Comment

0 Comments