Cerita yang Ditakar Tuhan

 Semua yang biasa

Jadi awal perjamuan kita tempo hari

Tuhan mungkin sekedar menakar

Membawa kedua mata kita ke pertemuan yang paling nanar

Melihat kemerdekaan yang sia-sia

Dan beberapa laku hidup kampung-kampung yang pilih memangku resah

 

Bangku-bangku taman sudah mirip notulen rapat

Yang merapal mantra-mantra sebelum kita duduk bersua

Tidak banyak

Sekedar melepas ruang yang mulai pengap

Atau membantu kita bersesumbar soal hal-hal penting dalam benak

 

Unsplash

Kita pernah saling lengang

Berdiri congkak di bawah pondasi ego

Merasa paling benar hanya karena tak mau dicacat

Pilih menggadai rasa sendiri

 

Malaikat-malaikat kecil di pinggir kota lebih mafhum

Betapa musykil menyatukan

Perihal yang sering luput

Untuk sekedar bisa kembali terpaut

 

Tapi

Lagi-lagi Tuhan yang menakar

Membawa potongan-potongan amunisi tempat berjuang

Dan tahun-tahun ini tak bakal cukup

Untuk merampungkan ketidakdewasaan

 

Tapi

Cinta bukankah belati?

Yang butuh ditempa agar abadi?

 

Kita harusnya percaya

Tak ada perjalanan jauh yang bebas liku dan kelok

Kita mesti belajar menapak lebih tinggi

Menantang terjal dan berjalan jauh

Mengoyak keputusan demi keputusan

Hingga bisa sampai pada sambungan cerita yang ditakar Tuhan…


Tulungagung, 21 Maret 2020

Post a Comment

0 Comments