Merindui Tubuh - Teman Tidur Part 1

Di buku cokelat itu aku pernah menulis beberapa tanggal dan tiga sampai delapan kata, Tubuh itu Lagi, Aku yang suka memeluk bibirmu, Bukankah warna putih cocok untuk kita? dan lain-lain. Tanggal-tanggal yang acak, di halaman yang acak. Lalu kutemukan di buku lain, di tahun yang berbeda.

sastrakita


Aku tidak yakin memiliki intensitas bertemu atau bercakap dengan seseorang yang kumaksud di tulisan-tulisan itu. Aku juga tidak yakin pernah dengan sengaja meminta luangnya untuk sekadar bertemu atau berkirim pesan. Tapi hari ini, kalau kuingat lagi, aku pernah sekali memintanya untuk menjemputku di stasiun kereta, entah kapan.


Pernahkah kita saling memandang selekat ini sebelumnya? Rasa penasaran itu mendorongku mengunjungi foto-foto lama, siapa tahu seseorang itu ada di salah satunya. Ada beberapa folder lama yang tidak pernah kubuka, akhirnya satu demi satu terbuka. Benar. Ada beberapa foto di tahun 2015, aku dan seseorang itu ada dalam satu frame yang sama. begitu juga di tahun-tahun selanjutnya. Aku dan seseorang itu ada di tempat, waktu, dan warna baju yang sama. Kemungkinannya, itu semua kebetulan.


Aku mengambil foto-foto itu, menyimpannya di tempat lain sembari mengumpulkan serpih-serpih ingatan yang kabur tentang seseorang yang semakin sering kucatat kehadirannya. Aku belum ingin menduga-duga. Kukira ini hanya selingan, sampai suatu hari seseorang itu menemukan perempuan yang akan mengisi hari-harinya sampai tua dan bisa jadi sampai mati. 

steller.co


Kehadiranku? Aku selalu berkhusnudzan pada Tuhan, bahwa aku adalah seorang perempuan yang bisa membagi apa pun milikku dengan orang yang tepat, senyumku, gairahku, tubuhku, kepercayaanku. Seseorang yang tidak harus menetap, tidak harus mencintaiku, tapi menghargaiku sebagai aku, manusia yang utuh.


Ada satu titik ketika seseorang itu membuatku ingin hidup lebih lama. Tidak untuk melakukan hal-hal besar. Sekadar untuk bisa menatap matanya lekat-lekat dan membelai bibirnya yang ranum. Tidak semata-mata untuk tidur dengannya, tetapi ada bersamanya. 


Hari ini aku merindui tubuh itu. Tubuh yang dengannya aku bisa sedikit merasa hangat. Tangan lembut yang membuatku merasa lebih aman. Pelukan-pelukan yang lebih sering membuat debar jantungku hilang kendali. Satu dua kecup di kening yang, anehnya, membuatku merasa dihargai. 


Tubuh itu lagi yang kurindui. Di antara pertemuan-pertemuan dengan jeda waktu yang panjang. Ciuman yang meski telah berulang kali terjadi, tetap membuatku salah tingkah. Sejauh apa seseorang itu telah masuk ke aliran darahku? Bahkan akhirnya membuatku mengubah peta perjalanan yang sudah kususun ribuan hari sebelumnya. Kuakui, aku ingin tetap di sini. Mengunjunginya di musim-musim yang papa.


Yaa. Sekarang aku pun tahu alasanku tidak ingin pergi terlalu jauh. Aku tahu apa yang membuatku berat meninggalkan kota ini. Aku tahu apa yang kubutuhkan. Seseorang yang pada akhirnya tidak tampil sebagai milikku, bukan sebagai orang yang mencintaiku atau sebagai kekasih. Seseorang itu, kau, yang tubuhnya kurindui sepanjang hari. []


Post a Comment

0 Comments