(Bukan) Surat untuk Diri Sendiri

 

Dear, rumah.

September sudah hampir berakhir. Lusa kita akan bertemu Oktober lagi. Bukankah 2021 sangat cepat di saat-saat seperti ini? entah. Aku hanya merasa sedikit terlambat menyadari beberapa hal dan tiba-tiba satu persatu sudah habis, selesai dan terabaikan begitu saja. Sedangkan aku hanya berputar-putar di tempat, tidak beranjak untuk sekadar menyelesaikan satu pekerjaan atau tugas. Aku mandeg pada satu zona yang sama sekali tidak nyaman, tapi cukup berhasil membuatku merasa aman.

 

Tapi lupakan soal zona dan ke-mandeg-anku. Hari ini aku ingin mengupayakan sesuatu yang lebih mungkin. Ini berkaitan soal kamu, rumahku. Kamu pasti jengah, sebab sudah sejak lama aku berpikir ogah-ogahan tentang relasi kita yang semakin asing. Aku juga tahu sudah terlalu lama kita tidak ngobrol leluasa. Alasannya sepele. Ini karena aku berkali-kali merenovasi rumah yang tidak nyaman kuhuni sendiri. Apa kamu nyaman denganku?

 

Aku sudah sering berpikir. Blog ini adalah rumah pribadi, harusnya bisa bikin diri sendiri nyaman tinggal di dalamnya. Kalau pun ada satu dua tamu atau kerabat yang bersedia ikut menginap dan menghidupi dengan berkirim tulisan, tentu bonus yang membahagiakan bagiku, sebagai pemilik rumah. Lagipula tujuan awal membangun rumah sederhana ini adalah untuk rehat sejenak dari pekerjaan dan sembunyi dari pelik. Kenapa sekarang terkesan serius dan berat?

 

Jadi, bagaimana kalau kita mulai dari awal?

 


Maksutku, aku akan berusaha untuk membuat rumah ini lebih nyaman untuk diriku sendiri. Setidaknya agar aku tidak kehilangan apa adanya aku. Agar aku juga ingat, kalau aku perempuan yang menginginkan ruang untuk dirinya sendiri. Cukup Koesno yang hilang, aku jangan sampai kehilangan aku. Kan, begitu?

 

Dengan awal yang baru ini, kita bisa lebih leluasa ngobrolin hal-hal yang remeh temeh, sekadar ghibahin Koesno, ngebucin, ngomongin tetangga sebelah atau yang sedikit buruk soal kopi saset yang sudah lama mengendapkan sesuatu di ginjal atau perkara lain yang santer diisukan. Dengan begitu, kamu tidak akan jadi rumah kosong lagi, karena setiap hari aku pasti bakal punya cerita yang akan kubagikan.

 

Apa terlihat terlalu bersemangat? Kukira tidak. Aku memang bercita-cita mati muda. Namun, untuk hari ini dan beberapa waktu selanjutnya, aku masih mau menghirup oksigen. Aku masih mau menikmati saat-saat mencuci baju ibuk dan abah, menikmati guyuran hujan, masih ingin menyiram beringin dan suatu hari memindahkannya ke tempat yang layak. Aku masih ingin mencintai Koesno dengan perasaan yang nano-nano, mencicipi anggur tiap akhir pekan dan sesekali menghisap kretek lagi diam-diam, dan melakukan aktivitas remeh yang lain-lain.

 

Iya, sepertinya aku harus lebih sering mengingatkan diri sendiri untuk menjadi biasa-biasa saja. Tidak perlu terlalu keras menjadi apa-apa yang ingin orang lain lihat. Sebab capaianku adalah milikku, hidupku adalah tanggung jawabku dan bukan urusan orang lain. Jadi aku mesti ingat! jangan terlalu serius, nanti cepat mati. []


Tulungagung, 29 September 2021

Post a Comment

2 Comments