Mengais dan Menangis

Mari kita mengais
yang masih sisa di jalan-jalan bekas demonstrasi
dan di teras pertokoan, emper-emper pasar
yang sudah lebih dulu sepi penjual

Mari mengais
bukannya kita masih harus percaya ada setia dan pura-pura
yang mereka menggugat kuasa dan mengisi amunisi dan aksi-aksi
dan mereka masih tidak sudi, tunduk pada korporasi-korporasi

historiasquenocontariaamimadre.com
Lalu jalan pikirmu jadi ambigu
hidup di dalam pilihan-pilihan semu
aturan-aturan dibuat, ditolak, diperbarui, dirayakan
diselap-selip dan dicetak-edarkan

Hei, tunggu sebentar…
lalu kapan waktumu menangis?
menunggu mereka yang mengais sisa-sisa di jalan-jalan itu mati dulu,
atau suara-suara yang koyak di masa lalu kembali bungkam dan hilang ditelan waktu?

Belum, katamu
tapi berbaik sangkalah
dan mari menangisi kebijakan-kebijakan sontoloyo
yang menuntut terlalu banyak kematian dan abadinya perjuangan itu. []

Tulungagung, 13 Mei 2020






Post a Comment

0 Comments