Filsafat Ilmu - Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

MAKALAH
KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu:
Dr. H. Teguh, M. Ag
                         

Disusun Oleh:
1.            Rizka Hidayatul Umami        (1731143040)
2.            M. Audi Yuni Mabrur            (1731143055)
3.            M. Rosyad Ismail                   (1731143058)
4.            Faisal Abda’u                         (1731143062)

JURUSAN ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2014/2015



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kebutuhan akan ilmu pengetahuan dewasa ini menjadi sangat penting. Ilmu pengetahuan yang pada mulanya hanya berkepentingan terhadap pengetahuan yang sifatnya benar secara menyeluruh meliputi segala sesuatu yang telah ada, kini mulai berkembang dengan sangat pesat. Adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya secara kompleks berdasarkan kodrat manusia yang memang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, pada akhirnya melahirkan ilmu-ilmu baru yang semakin lama semakin plural. Pemahaman tentang pluralitas dari ilmu pengetahuan itu sendiri baik dari segi jenis dan sifat, kemudian memunculkan cara-cara untuk menempuh ilmu pengetahuan tersebut. Karena hampir semua jenis ilmu dan sifatnya ditentukan oleh objek ilmu pengetahuan tersebut, maka cara-cara yang dapat ditempuh yaitu dengan melihat objek forma dan objek materi. Dalam makalah ini akan dipaparkan lebih jauh mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan menurut objek materinya. Adapun subbab yang akan dibahas meliputi ilmu pengetahuan ketuhanan atau Agama, ilmu pengetahuan kemanusiaan atau Humaniora, ilmu pengetahuan sosial, dan ilmu alam atau Eksakta.

B.      Rumusan Masalah
1.     Apakah yang dimaksut dengan ilmu pengetahuan agama?
2.     Apakah yang dimaksut dengan ilmu pengetahuan humaniora?
3.     Apakah yang dimaksut dengan ilmu pengetahuan sosial?
4.     Apakah yang dimaksut dengan ilmu pengetahuan eksakta?

C.      Tujuan
1.     Untuk memaparkan tentang ilmu pengetahuan agama.
2.     Untuk menjelaskan tentang ilmu pengetahuan humaniora.
3.     Untuk menjelaskan tentang ilmu pengetahuan sosial.
4.     Untuk menjelaskan tentang ilmu pengetahuan eksakta.


Kompasiana.com

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Ilmu Pengetahuan Agama
1.     Pengertian Ilmu Agama
Ilmu pengetahuan ketuhanan atau yang lebih sering disebut dengan ilmu pengetahuan agama adalah ilmu yang mempelajari Tuhan sebagai causa prima, keberadaan dunia, kehidupan manusia, dan alam semesta menurut ajaran-ajaran agama. Adapun jalan yang ditempuh ialah melalui kemampuan pikiran baik secara analisis deduktif terhadap ajaran-ajaran agama dan kepercayaan, maupun secara analisis induktif terhadap fakta-fakta konkret yang mengejala di dalam realita kehidupan ini.[1] Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama ini mengandung beberapa hal pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.[2]

2.     Ruang Lingkup Ilmu Agama
Dinamika dalam klasifikasi ilmu pengetahuan terus berjalan seiring perkembangan zaman. Perkembangan ilmu yang pada umumnya mengarah pada tataran praktis berupa kemajuan sains dan teknologi membuat ilmu agama juga menyesuaikan diri. Secara umum ilmu-ilmu yang ada dalam lingkup agama juga mengalami perkembangan dan hal itu juga berlaku dalam sejarah dunia Islam. Ilmu-ilmu yang berkembang dalam dunia Islam itu antara lain meliputi ilmu al Qur’an, ilmu hadits, ilmu tafsir, bahasa Arab, ilmu kalam atau teologi, fiqh siyasah atau hukum tata negara, peradilan, tasawuf, tarekat, akhlak, sejarah politik, dakwah Islam, sains Islam, pendidikan Islam, peradaban Islam, paradigma agama, kebudayaan Islam, pembaharuan dan pemurnian dalam Islam, studi wilayah Islam, dan studi bahasa-bahasa serta sastra Islam. Keseluruhan dari ilmu-ilmu tersebut kemudian berlanjut dan berkembang serta memiliki cabang ilmu masing-masing.[3]

B.      Ilmu Pengetahuan Humaniora
1.     Pengertian Ilmu Humaniora
Menurut bahasa latin, humaniora disebut dengan artes liberales, yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan.[4] Humaniora juga dikatakan merupakan studi yang memusatkan perhartiannya pada kehidupan manusia, menekankan pada unsur kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, dan keunikan. Humaniora berusaha mencari makna dan nilai, sehingga bersifat normatif. Dalam bidang humaniora rasionalitas tidak hanya dipahami sebagai pemikiran tentang suatu objek atas dasar dalil-dalil akal, tetapi juga hal-hal yang bersifat imajinatif.[5]

2.     Ruang Lingkup Ilmu Humaniora
Meskipun humaniora berintikan tentang masalah nilai-nilai manusiawi, namun selanjutnya ilmu pengetahuan ini tidak hanya mempelajari masalah manusia, akan tetapi juga mempelajari masalah kebudayaan. Dengan lahirnya ilmu pengetahuan ini diharapkan adanya perkembangan sikap dan watak kebudayaan yang mampu menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai kemanusaian sebagai titik sentral ilmu pengetahuan dalam jenis apa pun. Adapun cabang-cabang ilmu yang masuk kategori ilmu pengetahuan humaniora yaitu meliputi ilmu kebudayaan, psikologi, sejarah, filsafat (etika), ilmu bahasa, dan sebagainya.[6] Di dalam Undang-undang Pokok Pendidikan tentang Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun 1961, di Indonesia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan humaniora dalam empat cabang ilmu lagi yakni ilmu ilmu sastra, ilmu sejarah, ilmu filsafat, dan ilmu bahasa.[7]
Menurut Ignas Kleden, hasil dari menyitir buah pendapat J. Habermas, menunjukkan lima ciri ilmu humaniora yang diletakkan dalam kategori historis-hermeneutis. Pertama, yaitu jalan untuk mendekati kenyataan melalui pemahaman arti. Kedua, merupakan ujian terhadap salah benarnya pemahaman tersebut yang dilakukan melalui interpretasi. Ketika Interpretasi yang benar akan meningkatkan inter-subjektivitas, maka interpretasi yang salah justru akan mendatangkan sanksi. Ketiga, pemahaman hermeneutis selalu merupakan pemahaman berdasarkan pra-pengertian. Lain halnya mungkin tercapai melalui pemahaman atas situasi diri sendiri terlebih dahulu. Pemahaman terjadi apabila tercipta komunikasi antara kedua situasi tersebut. Keempat, komunikasi tersebut akan menjadi semakin intensif apabila situasi yang hendak dipahami oleh pihak yang hendak memahaminya diaplikasikan kepada dirinya sendiri. Kelima, kepentingan yang ada adalah kepentingan untuk mempertahankan dan memperluas inter-subjektivitas dalam komunikasi yang dijamin dan diawasi oleh pengakuan umum tentang kewajiban yang harus ditaati. Kesimpulannya ilmu humaniora akan menghasilkan interpretrasi-interpretasi yang memungkinkan adanya suatu orientasi bagi tindakan manusia dalam kehidupan bersama.[8]

C.      Ilmu Pengetahuan Sosial
1.     Pengertian Ilmu Sosial
Ilmu sosial atau dalam bahasa Inggrisnya disebut social science merupakan sekelompok disiplin ilmu akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini pada dasarnya berbeda dengan humaniora, karena dalam ilmu sosial menekankan penggunaan metode ilmiah termasuk dalam hal ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan istilah ilmu sosial juga menggambarkan penelitian dengan cakupan yang lebih luas dalam berbagai hal meliputi perilaku dan interaksi manusia baik di masa sekarang maupun di masa lalu.[9] Karena memiliki keterkaitan yang khusus dengan taraf kehidupan sosial (tingkah laku manusia dalam kehidupan bersama), ilmu pengetahuan jenis ini tentu juga lebih menitikberatkan pada objek kajian tentang kehidupan manusia dalam berbagai perwujudan dan keadaan serta kepentingan sosial manusia.[10]
Dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat, ilmu sosial menggunakan cara yang subjektif, inter-subjektif, dan objektif (struktural) yang  sebelumnya memang dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak yang menggunakan metode kuantitatif. Demikian pula pendekatan inter-disiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.[11]

2.     Ruang Lingkup Ilmu Sosial
Pada ilmu sosial perkembangan yang terjadi justru agak lambat jika dibandingkan dengan ilmu alam. Pada intinya ilmu sosial ini terbentuk dari antropologi, sosiologi, dan psikologi.[12] Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam perspektif waktu dan tempat. Sedangkan sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur organisasi sosial manusia. Berbeda lagi dengan psikologi yang memiliki pengertian sebagai ilmu yang mempelajari proses mental dan kelakuan manusia dalam lingkungan masyarakat.[13] Kemudian ketiga komponen ilmu sosial ini menjadi basis perkembangan dari ilmu sosial lainnya atau bisa diartikan memiliki cabang baru. Cabang-cabang baru milik ilmu sosial ini meliputi antropologi fisik, linguistik, etnologi, antropologi sosial (kultural), ekonomi, politik, hukum, administrasi, demografi, manajemen, komunikasi dan lain sebagainya.

D.      Ilmu Pengetahuan Eksakta
1.     Pengertian Ilmu Eksakta
Ilmu eksakta atau yang lebih akrab dikenal sebagai ilmu pengetahuan alam (natural science) atau Sains adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala atau fenomena-fenomena alam baik yang organik (badan benda hidup), maupun yang anorganik (badan benda mati).[14] Pada tahap selanjutnya ilmu pengetahuan alam ini membagi diri menjadi dua kelompok yakni ilmu alam (the physical sciences) yang mempelajari tentang zat-zat yang membentuk alam semesta, dan ilmu hayat (the biologycal sciences) yang mempelajari tentang makhluk hidup yang ada di dalamnya.[15]
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.[16]

2.     Ruang Lingkup Ilmu Eksakta
Perkembangan ilmu alam atau eksakta ini memang cenderung lebih cepat dari ilmu sosial. Adapun cabang-cabang baru yang paling utama dari ilmu alam ini adalah Astronomi yaitu ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit. Ekologi yaitu ilmu yang membahas tentang interaksi organisme dengan lingkungan. Fisika yaitu ilmu yang mempelajari gejala alam yang tidak hidup meliputi massa dan energi. Geografi fisik yaitu ilmu yang mempelajari tentang lokasi, persamaan, atau variasi keruangan, dan fenomena fisik. Geologi yang mempelajari bumi dari segi komposisinya, sifat-sifat fisiknya, sampai proses pembentukannya. Kemudian ada Kimia yang mempelajari tentang struktur, komposisi, sifat zat, dan interaksi atom dan molekul dalam kehidupan sehari-hari.[17] Dalam undang-undang Pokok Pendidikan tentang Perguruan Tinggi No. 22 tahun 1961 di Indonesia, pengklasifikasian ilmu alam dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu ilmu kedokteran, farmasi, kedokteran hewan, pertanian, ilmu pasti alam, ilmu teknik, ilmu geologi, dan ilmu oceanografi.[18]


BAB III
PENUTUP
Dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan tentang Perguruan Tinggi Nomor: 22 Tahun 1961 di Indonesia, pengklasifikasian ilmu pengetahuan terdiri atas empat kelompok yaitu Ilmu Agama, Ilmu Kebudayaan/Humaniora, Ilmu Sosial, dan Ilmu Eksakta. Ilmu agama adalah Ilmu pengetahuan ketuhanan yang mempelajari Tuhan sebagai causa prima, keberadaan dunia, kehidupan manusia, dan alam semesta menurut ajaran-ajaran agama.
Yang kedua adalah ilmu humaniora. Menurut bahasa latin, humaniora disebut dengan artes liberales, yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Cabangnya yaitu ilmu sastra, ilmu sejarah, ilmu filsafat, dan ilmu bahasa.
Kemudian yang ketiga adalah ilmu sosial. Ilmu sosial atau dalam bahasa Inggrisnya disebut social science merupakan sekelompok disiplin ilmu akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Cabang-cabang ilmu ini meliputi antropologi fisik, linguistik, etnologi, antropologi sosial (kultural), ekonomi, politik, hukum, administrasi, demografi, manajemen, komunikasi dan lain sebagainya.
Yang terakhir adalah ilmu eksakta atau ilmu pengetahuan alam. Ilmu eksakta atau yang lebih akrab dikenal sebagai ilmu pengetahuan alam (natural science) atau Sains adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala atau fenomena-fenomena alam baik yang organik (badan benda hidup), maupun yang anorganik (badan benda mati). Adapun cabang-cabang ilmunya meliputi ilmu kedokteran, farmasi, kedokteran hewan, pertanian, ilmu pasti alam, ilmu teknik, ilu geologi, dan ilmu oceanografi.


DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu-Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bakhtiar, Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Suhartono, Suparlan. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzza Media





[1] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jogjakarta: Ar-Ruzza Media, 2005), hlm. 99
[3] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), cet. 3, hlm. 128
[6] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan,... hlm 98
[7] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu-Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), cet. 2, hlm. 53
[10] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan,... hlm. 98
[12] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan,... hlm. 99
[13] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu-Ontologi,... hlm. 51
[14] Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan,... hlm. 98
[15] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu-Ontologi,... hlm. 50
[18] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu-Ontologi,... hlm. 53

Post a Comment

1 Comments