Puisi Tuan Gerimis

13 Januari 2015
Kamu tahu kenapa gerimis romantis?
Karena setiap tetesnya,
Memaksa kita merangkai kata-kata puitis.
Gemerciknya meminta jiwa
Melukis senja,
Meraba makna, dalam dunia kata.

Mato Kopi, 13 Januari 2015, 17:59 WIB
Meski setiap gerimis aku harus merangkai kata-kata puitis,
Yakinlah, bahwa kata-kataku tak akan pernah habis.
Gerimis ini menyediakan ribuan kata
Untuk aku rangkai menjadi serpihan makna.
Bila gerimis ini tak kunjung berhenti
Percayalah bahwa di setiap tetesnya mengisyaratkan arti.
Aku berjanji, disini,
Bersama secangkir kopi,
Tetes gerimis ini akan menjadi saksi.

Bolu, Tulungagung. 20 Januari 2015, 22:03 WIB
Aku bertemu gerimis dikotamu,
Menyapaku dengan malu.
Aku sapa, aku raba, dia hanya tersenyum manja.
Gerimis itu menghilang.
Meninggalkan kenangan terindah
Dikota kita tersayang.
Gerimis ini semakin menjauh,
Meninggalkanku yang semakin rapuh.

Media Indonesia

Bolu, Tulungagung. 21 Januari 2015, 17:57 WIB
Gerimis ini datang saat hatiku bimbang.
Aku menikmatinya meski hati sedang terluka.
Tetesnya menyayat hati,
Merobek pilu,
Memaksaku terpaku.

Paiton, 22 Januari 2015, 18:00 WIB
Tak kutemui apa-apa dalam gerimis itu,
Selain rasa pilu,
Karena aku tak lagi di kotamu.
Tetap semangat menyapa senja,
Meski indahnya tak lagi dirasa.
Kurekam pertemuan kita dalam secangkir kopi penuh makna.
Selamat datang gerimis,
Tetesmu membuatku menangis.

By: S_B



Post a Comment

0 Comments